Jumat, 14 September 2012

JARINGAN PERIODONTAL

1. Pengertian Jaringan Periodontal
Jaringan periodontal adalah jaringan yang terdapat di sekitar gigi tempat gigi tertanam dan membentuk lengkungan rahang dengan baik (Depkes RI, 1999). Jaringan  periodontal merupakan sistem fungsional jaringan yang mengelilingi gigi dan melekatkan pada tulang rahang, dengan demikian dapat mendukung gigi sehingga tidak terlepas dari socketnya (Poltekkes, 2010).
  Jaringan periodontal adalah sistem yang kompleks dan memiliki kepekaan tinggi terhadap tekanan. Prevalensi untuk penyakit periodontal mendekati 14% pada cakupan usia yang luas, termasuk anak-anak dan orangtua. Periodontitis dimulai dengan hilangnya tulang alveolar kemudian pembentukan pocket disekitar gigi, yang pada akhirnya menyebabkan gigi goyang dan lepas. Pocket periodontal dapat dideteksi dengan sebuah probe periodontal dan diperkirakan besarnya dengan mengukur jarak dari tepi gusi sampai dasar pocket periodontal. Pada jaringan periodontal yang sehat, tidak didapatkan adanya perlekatan epitel yang longgar atau pembentukan pocket, dan celah gusi dalamnya ± 2 mm. Faktor resiko untuk penyakit        periodontal adalah plak gigi, kalkulus, usia, genetik, dan diabetes.

2. Macam-macam Jaringan Periodontal
Macam-macam jaringan periodontal terdiri dari :
 a. Gingiva
Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodontal yang paling luar. Gingiva seringkali dipakai sebagai indikator bila jaringan periodontal terkena penyakit, hal ini disebabkan karena kebanyakan penyakit periodontal dimulai dari gingiva, kadang-kadang gingiva juga dapat menggambarkan keadaan tulang alveolar yang berada dibawahnya. Gingiva merupakan bagian dari membran mukosa mulut tipe mastikasi yang melekat pada tulang alveolar serta menutupi dan mengelilingi leher gigi, pada permukaan rongga mulut, gingiva meluas dari puncak marginal gingiva sampai ke mukogingival junction. Mukogingival junction ini merupakan batas antara gingiva dan mukosa mulut lainnya. Mukosa mulut dapat dibedakan dengan mudah dari gingiva, karena warnanya merah gelap, dan permukaannya licin atau halus mengkilat. Hal ini dijumpai pada permukaan vestibular mandibula. Pada permukaan oral maxila, mukogingival junction tidak dijumpai sama sekali, karena gingiva berbatasan dengan membrane mukosa mulut yang menutupi palatum durum, yang tipenya sama dengan gingival. Gingival mengelilingi gigi dan meluas sampai ke ruang interdental. Antara permukaan oral dan vestibular, gingiva akan berhubungan satu sama lainnya melalui gingiva yang berada di ruang interdental ini (Poltekkes, 2010).
b. Tulang Alveolar
Tulang alveolar merupakan bagian maksila dan mandibula yang membentuk dan mendukung soket gigi. Secara anatomis tidak ada batas yang jelas antara tulang alveolar dengan maksila maupun mandibula. Bagian tulang alveolar yang membentuk dinding soket gigi disebut  alveolar bone proper. Alveolar bone proper ini akan didukung oleh bagian tulang alveolar lainnya yang dikenal dengan nama supporting alveolar bone (Poltekkes, 2010).
Anatomis tulang alveolar dibagi menjadi dua bagian, yaitu alveolar bone proper dan supporting alveolar bone. Supporting alveolar bone ini terdiri dari dua bagian yaitu yang kompak, yang membentuk keeping oral dan vestibular dan tulang spongi, yang terletak diantara lempeng cortical dan alveolar bone proper. Periousteum adalah lapisan yang menghubungkan jaringan lunak yang menutupi permukaan luar tulang yang terdiri dari lapisan luar yang terdiri dari jaringan kolagen dan bagian terdiri dari serabut elastik lempeng cortical oral maupun vestibular langsung bersatu dengan maksila maupun mandibula.
c. Ligamentum Periodontal
Ligamentum periodontal merupakan jaringan pengikat yang mengisi ruangan antara permukaan gigi dengan dinding soket, mengelilingi akar gigi bagian koronal dan turut serta mendukung gingival. Ligamentum periodontal merupakan struktur jaringan penyangga gigi yang mengelilingi akar gigi dan melekatnya ke tulang alveolar. Ligamentum ini melanjutkan diri dengan jaringan ikat gingiva dan berhubungan dengan sumsum melalui kanalis vaskuler yang ada pada bone proper (Poltekkes, 2010).
d. Sementum
Sementum merupakan suatu lapisan jaringan kalsifikasi yang tipis dan menutupi permukaan akar gigi. Sementum ini akan berbatasan dengan dentin dan email, maupun ligament periodontal, strukturnya mempunyai banyak persamaan dengan struktur tulang. Sementum merupakan jaringan mesenchymal yang tidak mengandung pembuluh darah/saraf dan mengalami kalsifikasi serta menutupi permukaan akar gigi anatomis. Selain melapisi akar gigi, sementum juga berperanan didalam mengikatkan gigi ke tulang alveolar, yaitu dengan adanya serat utama ligementum periodontal yang tertanam didalam sementum (serat sharpey). Sementum ini tipis pada daerah dekat perbatasannya dengan enamel dan makin menebal kearah apex gigi. Berdasarkan morphologinya sementum dibagi menjadi dua tipe yaitu  sementum. Asesuler (sementum primer) dan sementum seluler (sementum sekunder).
 Sementum aseluler adalah sementum yang pertama kali terbentuk, menutup kurang lebih sepertiga servikal atau hingga setengah panjang akar, dan tidak mengandung sel-sel. Sementum ini dibentuk sebelum gigi mencapai bidang oklusal, ketebalannya berkisar antara 30 – 230 µm. Disini serat Shrapey merupakan struktur utamanya, yang peran utamanya mendukung gigi. Sementum seluler terbentuk setelah gigi mencapai bidang oklusal, bentuknya kurang teratur (ireguler) dan mengandung sel-sel (sementosit) pada rongga-rongga yang terpisah-pisah (lakuna-lakuna) yang berhubungan satu sama lain melalui anastomosis kanalikuli. Dibanding dengan sementum aseluler, sementum seluler kurang terkalsifikasi dan hanya sedikit mengandung serat Sharpey (Poltekkes, 2010).
 3. Proses Terjadinya Radang Jaringan Penyangga Gigi (Periodontal)
Ternyata bahwa radang jaringan penyangga gigi hanya terjadi apabila plak dibiarkan menumpuk pada permukaan gigi, terutama pada permukaan yang berbatasan dengan gusi. Bakteri pada plak akan mengeluarkan racun yang merangsang gusi sehingga timbul radang gusi. Makin lama, proses radang akan menjalar sepanjang akar gigi dan merusak jaringan pengikat akar gigi dan tulang alveoli. Tidak ada rasa sakit sebagai pertanda adanya radang, akibatnya proses penyakit dapat berjalan bertahun-tahun lamanya tanpa disadari oleh penderita. Akhirnya gigi menjadi goyah dan mengganggu di waktu mengunyah sehingga perlu dicabut. Gigi yang utuh dan goyah sering terjadi pada orang yang berusia diatas 40 tahun, dianggap sebagai hal yang wajar. Sebenarnya ini bukan hal yang wajar, tetapi akibat dari proses pembusukan jaringan penyangga gigi akibat plak yang dibiarkan menumpuk bertahun-tahun (Tomasowa, 2004).